Jumlah Paparan Halaman

Sabtu, 12 Mac 2011

Cara Bijak Mendidik Anak Cara Luqman Al-Hakim

Cara Bijak Mendidik Anak Cara Luqman Al-Hakim

Surah Luqman secara umum, terutama ayat 13-19 difahami sebagai surat yang harus dibaca saat prosesi aqiqah atau kesyukuran atas kelahiran seorang anak, dengan harapan bahwa sang ayah nantinya dapat meneladani tokoh Luqman yang diabadikan wasiatnya dan sang anak juga dapat mengikuti petuah dan nasehat seperti halnya anak Luqman. Tentu pemahaman ini dapat diterima, mengingat secara tekstual ayat-ayat ini memang berbicara secara khusus tentang pesan Luqman dalam konteks mendidik anak sesuai dengan pesan Al-Qur’an. Apalagi pesan Luqman dalam surat ini sebenarnya adalah pesan Allah yang dibahasakan melalui lisan Luqman Al-Hakim

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar ….. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 13-19)

Surat Luqman secara umum, terutama ayat 13-19 difahami sebagai surat yang harus dibaca saat prosesi aqiqah atau kesyukuran atas kelahiran seorang anak, dengan harapan bahwa sang ayah nantinya dapat meneladani tokoh Luqman yang diabadikan wasiatnya dan sang anak juga dapat mengikuti petuah dan nasehat seperti halnya anak Luqman.

Tentu pemahaman ini dapat diterima, mengingat secara tekstual ayat-ayat ini memang berbicara secara khusus tentang pesan Luqman dalam konteks mendidik anak sesuai dengan pesan Al-Qur’an. Apalagi pesan Luqman dalam surat ini sebenarnya adalah pesan Allah yang dibahasakan melalui lisan Luqman Al-Hakim sehingga sifatnya mutlak dan mengikat; pesan Luqman dalam bentuk perintah berarti perintah Allah, demikian juga nasehatnya dalam bentuk larangan pada masa yang sama adalah juga larangan Allah yang harus dihindari.

Luqman yang dimaksud dalam ayat-ayat ini menurut Ibnu Katsir adalah Luqman bin Anqa’ bin Sadun. Ia adalah anak dari seorang bapak yang Tsaaran. Pengabadian kisah Luqman memang berbeda dengan pengabdian tokoh lain yang lebih komprehensif. Pengabadian Luqman hanya berkisar seputar nasehat dan petuahnya yang sangat layak dijadikan acuan dalam mendidik anak secara Islami.

Tentu masih banyak lagi cara Islami dalam mendidik anak berdasarkan ayat-ayat atau hadits Rasulullah saw yang lain. Namun paling tidak, pesan Luqman ini bukan sekedar pesan biasa umumnya seorang bapak kepada anaknya, namun merupakan pesan yang penuh dengan sentuhan kasih sayang dan sarat dengan muatan ideologis serta tersusun berdasarkan skala prioritas dari pesan agar mengesakan Allah dan tidak menmpersekutukannya sampai pada pesan untuk bersikap tawadu’ dan santun yang tercermin dalam cara berjalan dan berbicara. Kedua jenis pesan dan nasehat tersebut ternyata tidak keluar dari dua prinsip utama dalam ajaran Islam yaitu ajaran tentang akidah dan akhlak.

Menurut Sayid Quthb, rangkaian ayat-ayat berbicara tentang Luqman dan nasihatnya yang diawali dengan anugerah hikmah kepada Luqman di ayat 12 merupakan pembahasan kedua dari pembahasan surat Luqman yang masih sangat terkait dengan pembahasan episode pertama, yaitu persoalan akidah. Pesan Luqman sendiri pada intinya adalah pesan akidah yang memiliki beberapa konsekuensi; di antaranya berbakti dan berbuat ma’ruf kepada kedua orang tua sebagai bukti rasa syukur atas kasih sayang dan pengorbanan mereka merupakan tuntutan atas akidah yang benar kepada Allah swt. Senantiasa merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap langkah dan perbuatan merupakan aktualisasi dari keyakinan akan sifat Allah Yang Mengetahui, Maha Mendengar dan Maha Mengawasi. Serta menjalankan aktifitas amar ma’ruf dan nahi munkar yang disertai dengan sikap sabar dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan merupakan bukti akan keluatan iman yang bersemayam di dalam hati sanubari, hingga pada pesan untuk senantiasa bersikap tawadu’ dan tidak sombong, baik dalam bersikap maupun dalam berbicara. Semuanya tidak lepas dari ikatan dan tuntutan akidah yang benar.

Dominasi pembahasan seputar akidah dalam surat ini memang wajar karena surat Luqman termasuk surat Makkiyyah yang notabene memberi fokus pada penanaman dan penguatan akidah secara prioritas..

Terlepas dari pro kontra siapa Luqman sesungguhnya; apakah ia seorang nabi ataukah ia hanya seorang lelaki shalih yang diberi ilmu dan hikmah, yang jelas jumhur ulama lebih cenderung memilih pendapat yang mengatakan bahwa ia hanya seorang hamba yang shalih dan ahli hikmah, bukan seorang nabi seperti yang diperkatakan oleh sebagian ulama. Gelar Al-Hakim di akhir nama Luqman tentu gelar yang tepat untuknya sesuai dengan ucapannya, perbuatan dan sikapnya yang memang menunjukkan sikap yang bijaksana. Allah sendiri telah menganugerahinya hikmah seperti yang ditegaskan dalam ayat sebelumnya:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji“. (Luqman: 12)

Yang menarik disini bahwa ternyata sosok Luqman bukanlah seorang yang terpandang atau memiliki pengaruh. Ia hanya seorang hamba Habasyah yang berkulit hitam dan tidak punya kedudukan sosial yang tinggi di masyarakat. Namun hikmah yang diterimanya menjadikan ucapannya dalam bentuk pesan dan nasehat layak untuk diikuti oleh seluruh orang tua tanpa terkecuali. Hal ini terungkap dalam riwayat Ibnu Jarir bahwa seseorang yang berkulit hitam pernah mengadu kepada Sa’id bin Musayyib. Maka Sa’id menenangkannya dengan mengatakan: “Janganlah engkau bersedih (berkecil hati) karena warna kulitmu hitam. Sesungguhnya terdapat tiga orang pilihan yang kesemuanya berkulit hitam, yaitu Bilal, Mahja’ maula Umar bin Khattab dan Luqman Al-Hakim”.

Rangkaian pesan dan nasehat Luqman yang tersebut dalam 7 ayat di atas secara redaksional dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk larangan yang berjumlah 3 ayat dan redaksi perintah yang berjumlah 3 ayat. Sedangkan yang mengapit antara keduanya adalah pesan untuk senantiasa muraqabtuLlah karena Allah Maha Mengetahui apa yang dilakukan oleh setiap hambaNya tanpa terkecuali meskipun hanya sebesar biji zarrah dan dilakukan di tempat yang sangat mustahil diketahui oleh siapapun melainkan oleh Allah swt. Tiga larangan yang dimaksud adalah larangan mempersekutukan Allah, larangan menta’ati perintah kedua orang tua dalam konteks kemaksiatan, serta larangan bersikap sombong. Sedangkan nasehat dalam bentuk perintah diawali dengan perintah berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua dalam keadaan apapun mereka yang diringi dengan mensyukuri Allah atas segala anugerah dan limpahan rahmatNya dalam beragam bentuk, perintah untuk mendirikan shalat, memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang munkar serta perintah bersikap sederhana dalam berjalan dan bersuara (berbicara).

Dalam menjelaskan secara aplikatif tafsir ayat 15 dari surat Luqman ini, Ibnul Atsir dalam kitab Usudul Ghabah ( 2: 216) menukil riwayat Thabrani yang mengetengahkan kisah seorang anak yang bernama Sa’ad bin Malik yang tetap berbakti menghadapi ibundanya yang menentang keras keislamannya dengan melakukan aksi mogok makan beberapa hari lamanya sehingga terlihat kepenatan menimpa ibundanya. Namun dengan tegas dan tetap menunjukkan baktinya Sa’ad berkata dengan bijak kepada ibundanya: “Wahai ibu, sekiranya engkau memiliki seratus nyawa. Lalu satu persatu nyawa itu keluar dari jasadmu agar aku meninggalkan agama (Islam) ini maka aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu. Jika engkau sudi silahkan makan makanan yang telah aku sediakan. Namun jika engkau tidak berkenan, maka tidak masalah.”

Akhirnya ibu Sa’ad pun memakan makanan yang dihidangkannya, karena merasa bahwa upaya yang cukup ekstrim itu tidak akan meluluhkan keteguhan hati anaknya dalam agama Islam. Tentu sikap yang bijak yang ditunjukkan oleh seorang anak terhadap sikap memaksa kedua orang tuanya yang digambarkan dalam ayat ke 15 tidak akan hadir secara instan tanpa didahului oleh pemahaman yang benar akan akidah Islam, terutama akidah kepada Allah.

Kisah di atas jelas merupakan sebuah kisah yang sangat menarik dan berat untuk difahami dalam konteks kekinian. Bagaimana secara sinergis seorang anak tetap mampu menghadirkan sikap bakti kepada orang tua dengan tetap mempertahankan ideologi dan keyakinan yang dianutnya yang berbeda dengan keyakinan kedua orang tuanya. Pada ghalibnya seorang anak akan merasakan kesukaran dan keberatan untuk menimbang antara ketaatan kepada perintah orang tua dan bersikap ihsan serta berbakti kepada keduanya. Menurut Ibnu Katsir berbakti kepada kedua orang tua adalah dalam konteks bersilaturahim, mendoakan dan memberikan bantuan yang semestinya yang harus dibedakan dengan ketaatan yang berujung kepada bermaksiat kepada Allah. Tentang hal ini, Sufyan bin Uyainah pernah berkata :

“Barangsiapa yang menegakkan shalat lima waktu berarti ia telah mensyukuri Allah dan barangsiapa yang senantiasa berdoa untuk kedua orang tuanya setiap selesai shalat, maka berarti ia telah mensyukuri kedua orang tuanya.”

Sungguh sebuah sikap yang matang dan bijak yang tentu berawal dari model pendidikan yang bernuansa ‘akidi dan akhlaqi’ dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kekinian yang seimbang dengan landasan prinsip dalam berIslam secara baik dan benar. Anak-anak sekarang sangat mendambakan nasehat orang tua yang memperkuat, bukan memanjakan karena memang mereka hidup untuk zaman yang berbeda dengan zaman kedua orang tuanya seperti yang diisyaratkan oleh Rasulullah dalam haditsnya:

“Pilihlah tempat nuthfahmu untuk dibuahkan. Karena sesungguhnya anak-anakmu dilahirkan untuk zaman mereka yang berbeda dengan zamanmu.”

Demikian nasehat dan pesan Luqman dalam mendidik anaknya yang didahului oleh pendidikan akidah tentang keEsaan Allah dan pengetahuanNya yang absolut yang akan melahirkan sikap mawas diri, hati-hati dan muraqabatuLlah dalam bersikap dan bertindak. Kekuatan dan kemantapan akidah tersebut akan terespon dan termanifestasikan dalam berakhlak dan berperilaku kepada orang lain, terutama sekali terhadap kedua orang tua. Sungguh satu upaya yang serius dari seorang Luqman yang bijak untuk mendekatkan dan memperkenalkan seorang anak sejak dini dengan RabbNya yang berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan lahir dan bathin, serta menjadikannya memiliki tingkat imunitas dan pertahanan diri yang kokoh menghadapi beragam godaan kehidupan yang dirasa kian melalaikan dan menjerumuskan. Allahu a’lam

Rahsia pemakanan ilmuwan Islam

FAKTA: Rahsia pemakanan ilmuwan Islam


* 1) Madu - Madu adalah makanan yang sangat berkhasiat. Al-Quran mengiktiraf ia ‘shifa’ iaitu penyembuh penyakit. Madu didapati berkesan untuk merawati penyakit dan boleh menghindarkan kepenatan kerja otak seperti berfikir, membaca, merancang dan bermesyuarat. Ia perlu diambil dua sudu teh (gunakan sudu plastik) pada waktu pagi dan malam.

* 2) Kismis - Mengandungi zat besi yang amat diperlukan untuk membina darah bagi memastikan bekalan oksigen yang mencukupi untuk disalurkan ke otak. Adab memakannya ialah dengan mengadap Kiblat, membaca Bismillah dan selawat tiga kali diikuti doa penerang hati. Ia perlu dimakan seperti memakan gula-gula kerana dikatakan tidak berkesan jika dikunyah dan diambil satu persatu sebanyak 21 biji setiap hari.

* 3) Susu segar - Susu berguna untuk kesihatan otak, mempertajamkan ingatan, membekalkan tenaga mental dan fizikal. Susu mengandungi tiga unsur semula jadi iaitu keju, lemak dan air yang amat diperlukan untuk pertumbuhan badan dan otak. Susu yang terbaik untuk ketajaman minda ialah susu kambing, biri - biri dan lembu yang segar. Ia diminum segelas pada sebelah pagi dan malam.

* 4) Telur - Bermanfaat untuk menambah kekuatan otak, badan dan menjaga kesihatan keseluruhannya. Ahli - ahli kesihatan mengakui ia adalah makanan yang lengkap dan berkhasiat. Telur yang terbaik ialah telur ayam kampung dan yang masih baru.

* 5) Halia - Ia sangat mujarab untuk menghindar masalah lupa. Ia boleh dimakan mentah atau dibuat halwa. Halwa ialah halia yang dijadikan Dimakan sedikit saja pada waktu pagi.

* 6) Buah Delima - Mujarab untuk penerang hati seperti sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesiapa yang memakan buah delima keseluruhannya, sesungguhnya Allah menerangkan hatinya selama 40 hari.”

Selasa, 1 Mac 2011

Bring back the fun in teaching ENGLISH

Syahida Johan (in baju kurung) with some of the pupils
Syahida Johan (in baju kurung) with some of the pupils

WHEN I asked some 30 children in class what was the most difficult about learning English, they looked at me and said nothing. They seemed lost.

It was early on a Saturday morning some weeks ago and it was my first day as a volunteer to teach “conversation English”. The venue was a study room in one of the mosques in Petaling Jaya. If I could sense their command of English was suspect in urban Petaling Jaya, imagine the rural areas. I am not an educationist nor a teacher, but there is something not quite right about the teaching of English in our schools.

The children have gone through at least five years of learning English. They understand basic grammar and are quite aware of the meaning of basic words. In short, they understand what is said, but find it difficult to express themselves. The problem with our kids is that they have little opportunity to practise the language. Or they believe there is no necessity for English other than to pass examinations, making it almost impossible for them to master the language.

Like any other language, to be able to converse in English, you have to practise instead of just learning grammar. We can teach them conjunctions, the difference between a noun and a verb, force them to memorise past and present tenses, and let them write down the correct spelling but if they do not converse in English, they are not actually learning it.

Speak to children in English or coax them to talk to you in English, and you realise you have difficulties. More often than not, you have to translate the words into a familiar language and explain each meaning.

I did that. I let them hear their own voices saying the words. I encouraged them to speak up regardless of how incorrect it might be. Even “broken English” suits me for starters, as long as they converse in English. I assure you it is not easy.

Most kids are embarrassed because they do not know the appropriate words to express themselves. Many would rather remain silent. It is up to me to create a comfortable and enjoyable atmosphere to encourage them to speak up.

They found word games such as Hot Seats, Hangman and Chinese Whispers fun and they took part enthusiastically. Baby steps, indeed. Tongue twister games allow them to laugh at themselves and at their peers and, later, will motivate them to get it right.

I spent a lot of time stressing pronunciation and intonation. I believe if I can get the children to say the words correctly, sentence structures will come naturally.

I made full use of popular English nursery rhymes. It doesn’t matter how old the children are, as long as they are beginners in English, nursery rhymes provide the best introduction to English words and sentence construction.

Children will learn to say rhymes aloud and get a feel of the words and sentences. Not surprisingly, they enjoyed the rhymes. They memorised them and became curious to know the meanings and the stories behind the popular ones. I was told that was how the earlier generation learned English — by using nursery rhymes and dramas.

At first, it’s just like singers who can’t speak a word of English but can sing songs in the language almost flawlessly.

I found that after a few sessions working with children using nursery rhymes, they began to enjoy them — completing the first step in making them speak English. For many of them it was an eye-opener. Many have never heard of Three Bags Full, Baa, Baa, Black Sheep, Humpty Dumpty, Hickory, Dickory, Dock or Jack and Jill. These are rhymes from an alien, faraway culture. But isn’t English a foreign language originating from thousands of kilometres away?

True, English is no more the language of the English. It has developed into a truly global language, especially with the advent of the Internet. Perhaps even native English speakers are “spoilers” of the language now. Others are better speakers and writers of the language. Native English speakers may have been taking the language for granted, just like the Malays in this country take Bahasa Malaysia for granted.

I learned something valuable: be generous with children. Do not penalise them. They hate English because it is a compulsory subject. They find English “difficult” just like Mathematics or Science. They hate anything “difficult”.

I found out also that there is no joy in learning English. I called it teaching English the straightjacket way. It bores them.

They seldom converse with their peers in English. Why should they? They are comfortable in their ethnic enclaves, and with the reversal of the policy of teaching of Science and Mathematics in English, they don’t find English “useful” anymore. English has overstayed its welcome in national schools, at least that is the perception.

In fact, trying to coax their peers to speak English with them will result in a backlash. Berlagak (showing off) is the dreaded word levelled at English speakers in schools. My experience when I was in school (also in Petaling Jaya) was that there were two classes of students — the English and non-English speakers. The “divide” is evident even in urban schools. This is the reality most schools would not want to address.

It is sad that the divide escalates into class wars and to the detriment of integration among students. Little wonder that it is difficult to address racial issues even in our multi-ethnic schools.

Learning a foreign language, English included, is always a tedious task, especially when it is done unwillingly. Children must enjoy studying the language. There must be a reason for their reluctance to master the language.

It can’t be that they are not aware of the importance of English. They are not naive. I am sure they know we simply can’t live without the language. Their future depends on their having a good command of the language.

I learnt another lesson. When I asked my pupils what was the hardest thing about learning English, I realised that they stared back at me not because they didn’t want to answer my question but because they didn’t know how to.
It’s time we teach them how.

• The writer is a final-year student of English Literature at Greenwich University near London.

NST, 2010/09/25

Vocabulary associated with animals

Vocabulary associated with animals

IN a mental ramble through the animal world, I realised that here is a veritable trove to tap for vocabulary and aphorisms. I went on to recall the myriad terms that are associated with animals.
Let me comment on the above title. Firstly, some people, when talking about animals, actually refer to mammals. Here I am being expansive – I use the term to include the larger members of the animal kingdom, be they insects, reptiles, amphibians, birds, or mammals (but not including humans). Secondly, animals make all sorts of noise – bees buzz, birds chirp or twitter, cattle moo, cocks crow, donkeys bray, elephants trumpet, frogs croak (as do some singers hogging the karaoke mike), gibbons whoop, goats and sheep bleat, horses neigh or whinny, monkeys chatter, and turkeys gobble – but they do not talk. Even then, English has a special vocabulary associated with them. Let me elaborate.

Common names
Scientists know animals by their Latin names. We shall note their common names, and the special names for the male and the female, and for their young. These are best summarised in the table.
The female of some animals is easily named by merely adding on the feminine “-ess” suffix, e.g. lion/lioness and tiger/tigress. But what do we call the product of the rare union of two closely related species? A lion-tigress union produces a liger, while a tiger-lioness union produces a tigon. A horse-zebra union produces a hebra. (What about zorse?). A union between a horse and a donkey (= ass) produces a mule, not a honkey nor a dorse; and the hybrid animal resulting from a cross between cattle and buffalo is called a beefalo.
The table shows gaps in certain sets. It is hoped that readers will help to fill these gaps if indeed they are gaps.
Insects in general undergo a metamorphosis in their life cycle, so that their young have special terms associated with the different stages in their metamorphosis: egg/nit, then larva, then pupa/chrysalis, and finally imago (the adult). For the several insects that do not undergo complete metamorphosis, the term nymph is given to the juvenile. Frogs also undergo a metamorphosis in their growing up, starting as a fish-like juvenile called tadpole.

Plurals
I once read that British big-game hunters (“in the days of empire”?) talk of their animals in the singular (I shot two lion today), symptomatic of a lingo (or snobbery?) among members of their circle. In common language, animals generally add on the “-s” or “-es” suffix to indicate the plural – except that the singular and the plural share the same form in the following examples: bison, carp, deer, fish (but fishes if used to indicate different kinds of fish) and sheep. To complicate matters, certain animals have the same form for the singular and the plural, plus the optional “-s” form for the plural; e.g. boar (i.e. plural same or boars), buffalo, elk, partridge, quail. Unusual plurals are goose/geese and ox/oxen. The word cattle is plural, for which there is no corresponding singular.
Then there are special words that refer to specific animals collectively; e.g. cattle (for “large ruminant animals with horns and cloven hoofs, chiefly domesticated”), fry (for the hatchlings of fish), kine (for cows), swine (for pigs), and vermin (for noxious and disease-carrying insects, rodents, etc, including animals inimical to agriculture).

Collective nouns
Why would one use an insipid expression like “a group of birds” or “a group of sheep” when there is a wealth of specific collective nouns for specific animals?
The following are some examples of the more uncommon ones: (1) an army of herring; (2) an aye of pheasants; (3) a clowder of cats; (4) a colony of bats or seals; (5) a covey of quail or partridge; (6) a crib of goats; (7) a crook of kangaroos; (8) a drey of squirrels; (9) a drove of oxen, sheep, or swine driven in a group; (10) an exultation of larks; (11) a gang of elks; (12) a murder of crows; (13) a murmuration of starlings; (14) an ostentation of peacocks; (15) a rookery of penguins or seals; (16) a skulk of foxes; (17) a sloth of bears; (18) an unkindness of ravens. (My thanks to Mr Ng Pak Leng for help in compiling this list.)
Note that in some cases the specific collective noun for a specific animal reflects some trait of the particular animal, e.g. a pride of lions (suggestive of a lion lording it over a group of lions or, more correctly, over his harem of lionesses) and a gaggle of geese (imitative of the noise made by geese). Such being the case, may I be excused for saying “a ladder of giraffes” or “a gobble of turkeys”? (Come to think of it, these could be terms already in use – and which I might have previously encountered and then winkled out from memory.)

Associated adjectives
The common names of animals, as with many nouns, may add on suffixes to form the adjectives, e.g. cat/cat-like or catty, elephant/elephantine, fish/fishy, fox/foxy, and sheep/sheepish.
Adjectives may also be derived from the Latin nouns. Such adjectives are used not to sound erudite but to distinguish from those derived from the common names of animals; for example, feline is not the same as catty; likewise, ovine does not mean sheepish. Here is a short list of Latin-derived adjectives: (1) ape/pithecoid; (2) ape or monkey/simian; (3) ass/asinine; (4) bear/ursine; (5) bee/apian; (6) bird/avian; (7) bull/taurine; (9) cat/feline; (10) cattle/bovine; (11) dog/canine; (12) fish/piscine or ichthyological (the latter word is of Greek origin); (13) fox/vulpine; (14) goat/caprine; (15) horse/equine; (16) lion/leonine; (17) pig/porcine; (18) sheep/ovine; (19) wolf/lupine.

Meat from animals
Certain animals are the source of meat, for which there are special terms, as in the following examples: cattle/beef; chicken/chicken; deer/venison; lamb/lamb; pig/pork; sheep/mutton. Note the word mutton, which, in Malaysia, is also taken to mean meat from goats, but such usage is decidedly incorrect. The dictionaries invariably define mutton as “the flesh of mature sheep used as food” or words to that effect. Will some reader put us wise to the proper term for goat-meat?

Expressions associated with animals
The animal world has provided the English language with aphorisms and evocative expressions. For example, “mutton dressed as lamb” is a derogatory description of an elderly woman trying to look young by wearing clothes or by dressing in a style suitable for a younger woman. Take another example: “a dog in the manger”, originating from one of Aesop’s fables, refers to a person who selfishly keeps something that he does not need so that others may not use or enjoy it.
Here are more examples: (1) to have a bee in one’s bonnet; (2) to bell the cat; (3) to set the cat among the pigeons; (4) to shed crocodile tears; (5) gone cuckoo; (6) to have other fish to fry; (7) what’s sauce for the goose is sauce for the gander; (8) a red herring; (9) a dark horse; (10) into the lion’s den; (11) stir up a hornets’ nest; (12) stubborn as a mule; (13) come home to roost; (14) one swallow does not make a summer.
In general, “animal” expressions are self-evident or else their meanings are easily obtained from dictionaries. In fact, reference to the dictionaries is recommended. One might find interesting facts about the basis of these expressions.

Closing remarks
I must admit that I rather enjoyed compiling, and making the occasional comment, on words in “animal” talk. Doggone it! Who say English in Malaysia one-kind one? We got know English enuf to comnikate with the world. Malaysia English not yet gone to the dogs.

TheStar, Friday December 24, 2010

TIPS ANAK PANDAI BAHASA INGGERIS

1. Kita boleh pupuk minat anak terhadap bahasa Inggeris dari dalam kandungan lagi. Berbual dengan mereka dalam bahasa Inggeris. Nyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Inggeris. Mainkan lagu2 dalam bahasa Inggeris untuk mereka dengar. Kalau nak lagu-lagu nasyid rasanya dah banyak yang ada dalam bahasa Inggeris seperti lagu-lagu nasyid Yusuf Islam sekarang ni Maher Zain tengah glamer!

2. Nanti bila anak dah lahir teruskan berbual dengan anak dalam bahasa Inggeris. Kalau boleh gunakan teknik One Parent One Language. Maknanya sorang kenalah cakap Bahasa Inggeris n sorang cakap bm sepenuhnya. Jadi anak nanti mahir dalam kedua2 bahasa, InsyaAllah.

3. Guna sumber pengajaran seperti flash card, poster, vcd, cd dan lain2 untuk wujudkan persekitaran yang sesuai untuk anak belajar.

4. Jangan jadikan kelemahan kita dalam bahasa Inggeris sebagai alasan untuk tidak mendedahkan anak kepada bahasa Inggeris dari peringkat awal lagi. Mak ayah kena berkorban sedikit. Belajar balik bahasa Inggeris tu untuk anak2 anda. Tak payah mahir untuk mengajar mereka sebab anda sentiasa boleh rujuk kepada buku2 dan lain2 sumber untuk mengajar.
flash card Tips Untuk Anak Pandai English!
5. Flash Card sangat berkesan untuk kenalkan perkataan baru bahasa Inggeris tanpa perlu anda menggunakan bahasa ibunda anda. Ini kerana flash card mempunyai gambar/imej. Gunakan permainan2 flash card yang menarik untuk mengajar mereka.

6. Jangan malu dan segan untuk ajar anak-anak dikhalayak ramai. Abaikan pandangan sinis orang lain. Yang penting anak anda mahir dalam bahasa Inggeris dan bila masuk sekolah nanti tak ada masalah dengan mata pelajaran bahasa Inggeris, Sains dan matematik.

7. Ingat, bila seseorang kanak-kanak mahir dalam sesuatu bahasa, IQ mereka juga akan meningkat.

8. Kalau ada yang kita tak faham, jangan segan bertanya dengan orang lain.

9. Beli buku-buku cerita yang menarik yang banyak gambar2 untuk anak-anak . Kalau diorang minat kartun,tak salah belikan komik dalam bahasa Inggeris. Sekarang ni komik Doraemon pun ada dalam dwibahasa. Tapi Sinchan jangan beli. Unsur lucah merata rata!
family reading 300 Tips Untuk Anak Pandai English!
10. Rajin2 lah bacakan buku cerita kepada anak anda.Bed time story maybe membantu. Pupukkan sikap suka membaca bahan2 dalam bahasa Inggeris kepada mereka.

11. Dapatkan sokongan suami/isteri untuk mengajar anak-anak anda. Kenalah ada team effort.Jangan buat sorang2. Tak salah juga kalau minta bantuan ibubapa atau mertua untuk sama2 membantu. Kadang2 mereka ini lagi fasih dari kita.

12. Kalau mampu hantar la ke tadika yang ada ajar bahasa Inggeris. Kalau tak ada budget jangan lah risau. Anda sendiri boleh mengajar mereka dengan berkesan.

13. Kenali minat anak anda. Kalau dia minat Sesame Street belilah vcd2 Sesame Street.Bagi semangat sikit nak belajar. Bila anak seronok diorang akan enjoy belajar english.
sesame street friends Tips Untuk Anak Pandai English!
14. Gunakanlah sumber percuma atau sumber2 yang telah anda bayar.. Pilih rancangan2 di tv dan Astro yang sesuai untuk anak-anak anda seperti rancangan Sesame Street, Dora Explorer, Barney & Friends dan lain. Kalau anda sendiri nak belajar bahasa Inggeris, kat Astro banyak rancangan2 bahasa Inggeris.

15. Jangan paksa atau beri tekanan kepada kanak-kanak yang masih kecil. Ingat yang mereka ini moody, cepat lupa, mudah bosan dan lebih suka bermain dari belajar. So kita kenalah cari teknik2 pengajaran yang tak boring. Kalau nak ajar tak payah lama lama dan cari masa yang sesuai bila dia orang boleh beri lebih tumpuan.

16. Beli poster yang sesuai dan tampalkan di dalam rumah . Pastu terangkanlah kepada mereka dan lepastu anda kenalah rajin ulangkan apa yang anda terangkan kepada mereka sebab mereka ni mudah lupa.

17. Kalau betul caranya kanak-kanak boleh mengusai lima bahasa serentak!

18. Jangan risau, anak anak tak akan pening kalau didedahkan kepada dua bahasa dari kecik. Mula2 je dia pening tapi dia akan cepat sedar yang mereka menggunakan dua bahasa.

19. Konsisten dalam pengajaran anda tu. Jangan kejap cakap bm dan kejap cakap bahasa Inggeris atau campur dalam ayat anda.

20. Jangan guna bahasa bayi, maksudnya pronounce jangan pelat pelat. Sebut betul betul dan guna ayat yang betul grammar dia.

21. Kalau anak sebut tak betul ,betulkan sebutan mereka dengan mengulang semula apa yang mereka sebut tu.

22. Belajar balik bahasa Inggeris. Walaupun anda rasa yang bahasa Inggeris anda dah ok tak salah kalau anda belajar balik sebab kdg2 kita ni tak sempurna. Or kadang2 benda yang kita ingat betul sebenarnya salah atau kurang tepat.

23. Selain dari mengguna flash card anda juga boleh gunakan kad perkataan. Yang ni tak ada imej atau gambar. Senang je nak buat.Beli je kad kad untuk buat nota yang bersaiz poket. Tulis perkataan baru dan cuba jadikan ianya ‘fun’ bersama anak anak.

24. Kalau boleh jangan gunakan kamus Bahasa Inggeris-BM. Cuba gunakan kamus bahasa Inggeris-bahasa Inggeris ataupun gunakan kamus English-English-Malay.

25. Kalau anda sendiri tak berapa ingat perkataan-perkataan bahasa Inggeris , apa kata anda gunakan label dan tampalkan pada tempat2 yang sesuai seperti letak label fridge di peti ais, kitchen di dapur dan sebagainya. So dengan cara ini anda pun ingat apa yang perlu disebut dan anak anda pun boleh ingat apa yang perlu disebut.

Huhhh, nak mendidik anak bukan satu benda yang senang. Pandai buat anak pandai lah didik anak kan? Ingat English is fun, seronok bila kita tahu cara yang betul untuk mengajar anak anak kan?.